Kelompok 8:
1. Abdul Halim Utama (20210018)
2. Benjamin Eliezer Pascareno Simanjuntak (21210386)
3. Prayoga Cahayanda (25210378)
KUK dan KIK adalah pelayanan yang diterapkan atau disajikan oleh bank
untuk para nasabah. KUK merupakan Kredit atau pembiayaan dari Bank
untuk investasi dan modal kerja yang diberikan dalam rupiah dan atau
valuta asing kepada nasabah usaha kecil. Sedangkan KIK adalah kredit
jangka panjang yang diberikan kepada debitur untuk membiayai
barang-barang dalam rangka rehabilitasi dan modernisasi serta lainnya.
Pelayanan tersebut biasanya disajikan di bank - bank seperti di
Indonesia ada 4 bank utama yaitu BUMN (Bank Umum Milik Negara), BUSN
(Bank Umum Swasta Nasional), Joint Venture(Bank Asing) dan BPD ( Bank
Pembangunan Daerah). Untuk mengetahui perkembangan KUK di masing -
masing bank, dilakukan pengumpulan data - data untuk mengetahui
penggunaan KUK yang lebih tinggi diantara bank-bank tersebut. Data
diambil dari situs resmi BI :
Dari data di atas, dapat kita lihat bahwa tren penyaluran kredit
meningkat selama periode 2005-2008 kemudian menurun di tahun 2009.
Penurunan tersebut makin curam di tahun 2010 untuk kemudian naik
perlahan di tahun 2011 dan 2012.
Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan kredit unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) meningkat 30 persen. Kredit mass market yang mencapai 44 persen dari total kredit, meningkat 34 persen year-on-year sejalan dengan pertumbuhan yang pesat dalam penyaluran kredit kepada segmen mikro.
Selain itu, terbitnya UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM turut mendorong penyaluran kredit kepada sektor UKM.
Hal yang patut diteliti lainnya adalah apakah ada
keterkaitan antara tingginya penyaluran kredit kepada UKM di tahun 2008
dengan masa pemilu 2009 yang menjelang. Apakah tingginya penyaluran
kredit kepada UKM tersebut merupakan strategi pencitraan merebut hati
rakyat oleh pemerintah saat itu? Perlu diadakan penelitian lebih lanjut.
Sedangkan yang menyebabkan turunnya penyaluran kredit kepada sektor
mikro di tahun 2009 adalah karena dampak buruk krisis global dinilai
mempengaruhi perkembangan kredit
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selama dua tahun terakhir,
penyaluran kredit UMKM tumbuh lebih rendah dari kredit non UMKM. Selama
dua tahun terakhir, penyaluran kredit UMKM perbankan tumbuh lebih
rendah dari kredit non UMKM, sehingga pangsanya atas total kredit
perbankan cenderung menurun.
Pangsa kredit UMKM pada akhir tahun 2008 adalah 49,5% dari total kredit
perbankan, turun dari 51,2% (2007) dan 51,85% (2006). Trends tersebut
sejauh ini tidak berubah dengan adanya krisis keuangan global jika
dampaknya dianggap mulai terjadi pada triwulan III-2008.
Tren yang dapat kita lihat lagi adalah selama tahun 2005-2009 Bank Umum
Swasta Nasional (BUSN) memimpin dalam jumlah penyaluran KUK/KIK. Namun
semenjak tahun 2010 dan seterusnya, Bank BUMN yang memimpin dalam jumlah
penyaluran KUK/KIK.
BUMN memimpin dalam penyaluran kredit mikro karena Bank Indonesia
(BI) tidak menciptakan iklim usaha perbankan yang sehat dan kian
membiarkan bank-bank BUMN merebut ranah kredit Mikro.
BI sebagai
bank sentral tidak memberikan iklim persaingan usaha yang sehat antar
jenis-jenis bank dan cenderung menjadi simpang siur pada batasan
wilayahnya masing-masing. Terutama dengan membiarkan bank-bank BUMN
masuk ke ranah kredit mikro yang semakin menggerus kinerja bank-bank
lainnya, termasuk BPR.
Berdasarkan data Perbarindo, total penyaluran kredit mikro pada semester
I-2009 sebesar Rp 251,854 triliun, tumbuh 4,24% dari periode yang sama
tahun 2008 sebesar Rp 241,596 triliun.
Rinciannya, bank BUMN menyalurkan kredit mikro sebesar Rp 109,713
triliun, naik 10,28% dari periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 99,483
triliun. BPD menyalurkan kredit mikro sebesar Rp 39,153 triliun, naik
tipis 0,34% dari periode yang sama di 2008 sebesar Rp 39,019 triliun.
Bank swasta nasional mengucurkan kredit mikro sebesar Rp 64,784 triliun,
turun 0,95% dari sebelumnya Rp 65,411 triliun. Bank asing dan campuran
menyalurkan kredit mikro sebesar Rp 11,816 triliunn, turun 3,2% dari
semester I-2008 sebesar Rp 12,211 triliun.
Penyaluran kredit mikro BPR sebesar Rp 26,388 triliun, naik 3,5% dari sebelumnya Rp 25,472 triliun.
Selain itu, faktor lainnya adalah dibentuknya PNM Ulam (unit layanan
masyarakat) oleh bank-bank BUMN yang fokus mengucurkan kredit mikro.
Keberadaan PNM Ulam secara frontal telah menciptakan persaingan head to
head dengan BPR.
Ini bisa terjadi karena BI tidak mengatur secara lebih rapi mengenai
pembagian wilayah masing-masing, akhirya terjadi perebutan wilayah dan
cenderung menciptakan iklim yang tidak sehat.
Sumber: