Sunday, February 19, 2012

Jurnal Elastisitas

Dampak Kebijakan Pengurangan Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Kinerja Industri Hasil Hutan Kayu

Pada tahun 2000, subsidi harga BBM dikurangi oleh pemerintah sebesar 30% dikarenakan kenaikan harga BBM sebesar rata-rata 12%.  Penurunan subsidi dikhawatirkan dapat mendorong penurunan permintaan dan penawaran industri hutan kayu.
Ada dua alasan yaitu :
1.Dengan potensi kayu hutan yang menurun, menyebabkan biaya logging kayu meningkat secara riil dari sebelumnya
2.Dalam pengolahan kayu, biaya BBM sangat signifikan kontribusinya



Dalam kondisi Permintaan konstan, pengurangan subsidi atau kenaikan harga BBM di industri kayu olahan hilir menggeser kurva penawaran kayu olahan hilir ke kiri dari Ss0 ke Ss1. Maka harga keseimbangan kayu olahan hilir meningkat dari Ps0 ke Ps1 dan keseimbangan penawaran dan permintaan turun dari qs0 ke qs1. Dalam kondisi penawaran konstan, penurunan permintaannya menyebabkan harga kayu olahan hulu menurun dari Pp0 ke Pp1 dan keseimbangan permintaan dan penawarannya menurun dari qp0 ke qp1.

Jadi, secara umum dapat disimpulkan bahwa, kenaikan harga BBM terhadap subsidi yang diberikan oleh pemerintah cenderung inelastis, karena adanya keterbatasan barang subtitusi dan komplementer dari BBM tersebut. Selain itu, total revenue dari industri kayu sangat dipengaruhi oleh subsidi BBM dari pemerintah.


Efek dari Sensitivitas Harga Konsumen pada Pasar Barang

Penelitian dilakukan di Chicago dan Atlanta dengan menggunakan 18 merk pada pasta dan sikat gigi, deterjen dan saus kecap. Dari penelitian ini didapat bahwa iklan dapat menyebabkan produk akan semakin dikenal oleh khalayak ramai. Semakin banyak iklan atau promosi yang dilakukan akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Peningkatan kepercayaan konsumen akan membuat suatug dapat mengurangi brand semakin terkenal. Hal inilah yang kemudian dimaksud dengan iklan yang dapat mengurangi sensivitas harga konsumen.

Ada dua faktor kenapa iklan dapat mempengaruhi elastisitas harga permintaan untuk merk suatu produk. Pertama, iklan mempengaruhi parameter dari fungsi permintaan konsumen individu sedemikian rupa sehingga membuat konsumen individu lebih atau kurang sensitif terhadap harga produk. Kedua, iklan dapat mempengaruhi komposisi dari himpunan konsumen yang membeli merek. Jika iklan menarik. konsumen lebih sensitive, maksudnya mereka akan  bersedia mengeluarkan biaya tertentu untuk mendapatkan merek suatu produk, ini akan meningkatkan elastisitas harga dari permintaan yang dihadapi merek. Jadi, Kesimpulannya, iklan yang dapat menarik konsumen akan menurunkan sensitivitas harga

Elastisitas Harga dan Permintaan dari Permintaan Air Perumahan

Di tahun 2011 ada permasalahan mengenai elastisitas permintaan terhadap air di USA dan Eropa. Karena di sana mulai diterapkan penggunaan tarif untuk pemakaian air di setiap perumahan. Ternyata ada kesenjangan yang cukup besar antara elastisitas harga dan elastisitas penghasilan karena bila digambarkan elastisitasnya mendekati 0. Nilai elastisitas yang mendekati 0 ini disebabkan oleh adanya pemakaian air yang tidak terkontrol di masyarakat sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah air yang dipasok dengan jumlah air yang dipakai. Akibatnya di USA diadakan penelitian untuk mengurangi kesenjangan di elastisitas tersebut. Metode yang digunakan antara lain metode increasing block rate tarif yang hasilnya adalah kebutuhan air menjadi lebih elastis dan elastisitas pendapatan menurun dan metode decreasing block rate tarif yang hasilnya berbanding terbalik dengan metode increasing block rate tarif. Namun dalam kenyataannya dari kedua metode ini kita tidak bisa menentukan mana yang akan menghasilkan elastisitas tertinggi karena hal ini bergantung pada kompleksitas masalah yang ada seperti kondisi geografis lingkungan, suhu, cuaca, dsb.

Dinamika Elastisitas Harga Pada Siklus Hidup Produk : Penelitian Mengenai Pemakaian Tahan Lama

Berdasarkan penelitian terhadap lima barang yaitu, Freezers, Kompor, Kulkas, Setrika Uap dan Blender, dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata tingkat elastisitas perabot rumah tangga -2,7. Dari kelima barang tersebut yang memiliki elastisitas tertinggi adalah Frezeer. Karena Frezeer tidak mempunyai barang subtitusi, sehingga mau tidak mau konsumen menggunakan Frezeers untuk membekukan bahan makanan.

Suatu produk pasti akan memiliki siklus hidup. Pada fase awal siklus, produk akan mengalami tingkat inelastisitas tertinggi. Sedangkan produk tersebut mengalami elastisitas pada saat pembelian kembali pada fase puncak di mana tingkat penjualan mencapai tingkat tertinggi. Setelah tahap puncak produk akan memasuki fase penurunan. Pada fase ini, produsen perlu melakukan recycle terhadap produknya agar konsumen tidak mengalami kejenuhan.


Pengaruh Ekonomi dari Pariwisata dan Globalisasi di Indonesia

Globalisasi dan Pariwisata memilik pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia.. Dengan adanya globalisasi khususnya di sektor perdagangan, pemerintah membuat kebijakan dengan mengurangi tarif impor dan pengenaan pajak pada komoditas domestik. Ini berdampak pada sisi produksi, dengan penurunan harga domestik yang membuat para produsen lebih kompetitif dalam bersaing dengan pesaing yang ada di pasar. Sebenarnya hal ini dapat merangsang produksi dalam negeri dan meningkatkan lapangan pekerjaan serta meningkatkan PDB. Dengan meningkatnya produksi dalam negeri maka menaikan pendapatan rumah tangga dan menciptakan lebih banyak permintaan dalam pasar domestic. Karena permintaan dalam negeri meningkat maka impor akan meningkat dan ekspor menurun. Ini membuat neraca perdagangan Indonesia akan memburuk. Salah satu solusi untuk meperbaikinya adalah dengan meningkatkan pariwisata di Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan dijurnal bahwa kenaikan permintaan pariwisata akan membuat produksi yang lebih dan penyerapan tenaga kerja domestik meningkat.

Hubungan antara harga yang menurun, permintaan dan pendapatan yang semakin tinggi dalam kasus ini adalah bersifat elastis. Untuk mencegah terjadinya inelastis maka pemerintah seharusnya membuat kebijakan untuk menaikkan harga saja dan menurunkan tarif pajak.


Pengaruh Iklan terhadap Harga

 Suatu produk yang memiliki pencitraan yang baik dan kuat akan memiliki pangsa pasar yang lebih besar dan lebih mudah baginya untuk melakukan penetrasi pasar serta biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan promosi atau iklan menjadi lebih efisien. Pada tahun 1950-1970 menurut Steiner iklan sangat meningkat karena adanya peran sponsor dalam pembiayaan, karena iklan tidak hanya digunakan untuk menjual produk tetapi juga kepentingan-kepentingan lainnya seperti politik. Intinya, iklan dapat mempengaruhi elastisitas konsumen dalam memberi barang,seperti terlihat dalam kurva berikut :


Rating iklan muncul dari pihak konsumen yang menilai apakah iklan tersebut memiliki citra yang kuat. Semakin tinggi nilai rating maka kepercayaan semakin sangat tinggi, hal ini akan mempengaruhi elastisitas konsumen dalam membeli barang karena semakin konsumen percaya akan suatu produk maka daya belinya akan semakin tinggi.

Perbedaan Regional dalam Elastisitas Harga dari Permintaan Energi

Penelitian dilakukan terhadap beberapa sumber energi yaitu, listrik rumahan; gas alam; dan listrik industri guna mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi. Ada tiga solusi jika harga listrik naik yaitu, mengganti secara total, mencari substitusinya, dan  meminimalisir penggunaan listrik. Pada kenyataannnya kenaikan listrik tidak mempengaruhi permintaan listrik. Konsumen akan  mengakalinya dengan melakukan pengurangan pemakaian listrik atau menambahkan alat yang bisa mengefisiensi penggunaan listrik, seperti termostast. Namun, dalam jangka panjang mereka akan mencoba mengkonversi listrik dengan sumber energi lainnya.

Elastisitas jika listrik naik dipengarhi oleh keberadaan barang subtitusi dan komplementer. Ada dua keadaan elastisitasnya, yaitu :
1.Dalam jangka pendek elastisitasnya bersifat inelastis karena untuk sementara waktu konsumen tidak memiliki pilihan hanya dapat mencoba menghemat atau mengurangi penggunaan listrik dan belum banyak barang substitusinya sehingga konsumen tidak memiliki pilihan lain selain tetap menggunakannya.
2.Dalam jangka panjang, elastisitasnya bersifat elastis karena mungkin saja telah ditemukan inovasi – inovasi baru yang dapat menjadi subsitusi listrik.

Memperkirakan Efek dari Kepadatan Kota dalam Permintaan Bahan Bakar

Penelitian yang dilakukan di 32 negara besar ini menjelaskan bahwa elastisitas kepadatan penduduk kota terhadap permintaan bahan bakar adalah inelastis berkisar antara -0.33 sampa -0.55. Hal ini disebabkan banyaknya fasilitas yang disediakan oleh pemerintah maka jarak yang di tempuh penduduk di perkotaan relatif singkat. Pemakaian transportasi umum dapat menghemat pemakaian BBharga M sehingga dalam pemakaian BBM lebih efisiensi. Jadi, Harga BBM mempengaruhi permintaan bahan bakar sebagian besar melalui variasi dalam konsumsi bahan bakar per km dan jarak mengemudi bukan dari kepemilikan mobil. Artinya harga bahan bakar tidak mempengaruhi permintaan mobil.


Faktor Penentu Permintaan Asuransi Jiwa

Di saat krisis permintaan akan asuransi di Asia bersifat elastis. Krisis membuat perekonomian terganggu dan menurunkan pendapatan masyarkat. Dengan pendapatan yang rendah maka asuransi tidak dianggap sebagai kebutuhan yang penting di masyarakat asia. Maka perubahan harga asuransi akan sangat mempengaruhi permintaan asuransi di Asia.

Dengan berkembang perekonomian di Asia sekarang ini membuat masyarakat sudah semakin sadar akan pentingnya asuransi. Dengan membaiknya ekonomi, pendapatan masyarakat tentu semakin meningkat. Hal ini menyebabkan perubahan harga asuransi tidak akan mempengaruhi permintaan asuransi atau dengan kata bersifat inelastis.


Rokok, Pajak dan Kompetisi dari Internet

Para peneliti menganggap bahwa rokok dapat menaikkan pajak dan menghasilkan banyak pendapatan di Amerika Serikat atau dapat dikatakan bersifat inelastis. Dengan internet konsumen dapat membeli rokok tanpa membayar pajak. Sehingga meningkatkan elastisitasnya dari -1,28 menjadi -2,09, walaupun pajak sudah dinaikkan 33%. Jika pajak dinaikkan, maka penyelundupan rokok secara ilegal melalui internet juga aka meningkat. Menurut penelitian, jumlah penyelundupan yang timbul dari perubahan tarif pajak negara hampir dua kali lipat karena munculnya internet. Maka dapat disimpulkan bahwa pajak rokok tidak sensitif terhadap permintaan rokok di Amerika Serikat.

Pentingnya Relatif Harga & Kualitas Pilihan Penyedia Layanan Konsumen : Kasus Mesir

Penyedia layanan kesehatan terbagi menjadi publik dan swasta. Di Mesir, masyarakat rata-rata sudah memiliki pendapatan yang mencukupi sehingga mereka lebih memilih pelayanan swasta agar mendapat kualitas yang terbaik. Penelitian ini menemukan bahwa konsumenlenih responsif pada perubahan kualitas daripada perubahan harga, karena kesehatan adalah kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, sehingga pengorbanan yang lebih pun akan dilakukan. Seiring dengan bertambahnya pendapatan, maka porsi dari pendapatan juga akan lebih besar untuk pergi ke pelayanan kesehatan. Artinya elastisitas pendapatan pengeluaran perawatan kesehatan > 1,  bersifat elastis. Namun hal ini tidak berlaku bagi masyarakat yang memiliki pendapatan yang lebih sedikit atau miskin.

Jika sektor publik ingin dapat bersaing dengan swasta, mereka harus bisa menjamin kualitas layanan dengan lebih baik, atau jika tidak sasaran mereka untuk pangsa pasar harus lebih dispesifikasi lagi, yaitu dengan menyasar masyarakat miskin yang memang belum mampu untuk melakukan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan meminta biaya tinggi pada sektor swasta.

Efek jangka panjang dari kenaikan harga bahan bakar

Penelitian ini mencari efek jangka panjang dari kenaikan harga bahan bakar. Berikut adalah hasil penelitian :
SP-1 : Dampak Perubahan Harga atas Kepemilikan Kendaraan
Hasil : bahwa dengan naiknya harga bbm, masyarakat mengubah pola pikir mereka. Mereka menjadi enggan untuk memakai kendaraannya atau membeli kendaraan.  
SP-2: Harga Bahan Bakar di Wilayah Tertentu
Hasil : bahwa ada perbedaan harga di wilayah pedesaaan dan perkotaan. Yaitu harga di perkotaaan lebih mahal daripada di pedesaan. Karena bedanya tingkat permintaan.
SP-3: Efek Perubahan Harga di 2 Wilayah yang Berbeda
Hasil: di 2 wilayah yang berbeda, antara perdesaan dan perkotaan efek perubahan harga terjadi  karena sifat elastisitas di perkotaan bersifat elastis karena populasi di perkotaan lebih besar sedangkan di pedesaan bersifat in-elastis karena populasi masyarakatnya yang kecil.

Efek jangka panjang dari kenaikan harga bahan bakar adalah membuat masyarakat lebih teliti dalam mengatur jarak tempuhnya atau mengubah mobilnya menjadi menggunakan mobil yang lebih hemat bahan bakar. Untuk jangka panjang, elastisitas harga bensin berkisar antara -0,14 sampai -0,54 dan diesel 0,32. Diesel merupakan bahan pengganti yang dipilih oleh responden ketika mengganti mobil BBMnya jadi mobil diesel. Harga BBM yang meningkat tidak berarti menaikkan atau menurunkan permintaan dari BBM tersebut, karena masyarakat cenderung memilih efisiensi dari penggunaan bahan bakar yaitu dengan menggantinya dengan diesel.

Faktor Penentu dari Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia : Perkiraan Elastisitas Harga dan Pendapatan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari permintaan ekspor minyak sawit Indonesia adalah inelastis baik untuk jangka pendek dan jangka panjang. Ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah barang subtitusi dan kecilnya efek barang subtitusi terhadap perubahan harga. Besarnya elastisitas Minyak sawit dalam jangka pendek untuk ekspor sebesar 0,54 dan untuk income sebesar 0,61. Serta jangka panjang untuk ekspor sebesar 0,41 dan untuk income sebesar 0,49.  Data ini sangat penting digunakan untuk :
1.strategi pemasaran seperti diferensiasi produk (produk dengan nilai tambah) sehingga menciptakan layanan khusus untuk konsumen yang loyal dan meningkatkan standar kualitas
2.kebijakan pemerintah (kebijakan perdagangan dan peraturan domestic) harus diterapkan    oleh pemerintah Indonesia untuk mendukung ekspansi minyak sawit di Indonesia

Pengaruh dari Harga Makanan dalam Konsumsi

Penelitian ini menemukan fakta bahwa eastisitas untuk makanan sehat lebih rendah daripada makanan tidak sehat. Berdasarkan studi,31% yang memberikan perkiraan elastisitas harga daging sapi, 29% untuk daging babi, 14% untuk unggas, 10% untuk ikan, 15% untuk susu, 12% untuk keju, untuk sereal 12%, dan untuk buah dan sayuran 11%. Untuk mengatasi hal ini, , peneliti berusaha menghubungkan pemberlakuan pajak dan subsidi untuk menganalisis dampaknya terhadap harga bahan makanan. Pajak diberikan kepada makanan yang tidak sehat dan subsidi diberikan kepada makanan sehat. Walaupun subsidi mampu menyebabkan penurunan harga buah-buahan dan sayur mayur sebesar 10%, dan berhasil meningkatkan permintaan akan buah dan sayur sebesar 7,0% untuk buah dan 5,8% untuk sayur, tidak ada peningkatan signifikan dalam permintaan buah dan sayur, sehingga dapat dikatakan subsidi ini bersifat inelastis.

Dari penelitian ini kita dapat menangkap bahwa harga bukanlah satu satunya faktor yang dapat menyebabkan buruknya konsumsi makanan oleh sebagian masyarakat di Amerika serikat yang dapat dilihat dari tingginya konsumsi bahan makanan tidak sehat seperti fast food, junk food dan lain-lain. Ada hal lain yang mempengaruhi, salah satunya ialah gaya hidup dan kebiasaan. Masyarakat Amerika cenderung memilih bahan makanan cepat saji dengan alasan efisiensi waktu dan harga, sehingga meskipun harga dirubah, tetap saja tidak akan mempengaruhi permintaan akan barang barang tersebut, sehingga sayuran dan buah buahan yang tergolong bahan makanan sehat bersifat inelastis.  
 
Liberalisasi Perdagangan dan Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja di Pabrik India

Dari hipotesis yang ada, dapat diambil kesimpulan bahwa elastisitas permintaan tenaga kerja di industry India meningkat karena adanya liberalisasi perdagangan. Hal itu berdasarkan survei tahunan data industri pada 1980-81 ke 1997-98 dan tren dalam elastisitas dianalisa menggunakan data 1973-74 ke 2003-04. Liberalisasi perdagangan walaupun menunjukkan efek positif terhadap elastisitas permintaan tenaga kerja tetapi jika dilihat berdasarkan fungsi kerja, tidak menunjukan peningkatan elastisitas permintaan tenaga kerja pada masa pasca-reformasi dibandingkan dengan periode sebelum reformasi.

Liberalisasi perdagangan dapat menyebabkan penurunan biaya tenaga kerja karena barang produksi yg setengah jadi atau belum dirakit produk dapat diimpor oleh perusahaan industri. Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan di negara berkembang, pada umumnya, tidak ditemukan bahwa liberalisasi perdagangan dapat meningkatkan elastisitas permintaan tenaga kerja di industri.

Jadi, di India elastisitas tenaga kerja yang ada di praformasi dan di pascareformasi berbanding terbalik dan penurunan biaya tenaga kerja berbanding tidak sama dengan jumlah tenaga kerja yang mengalami kenaikan pada pascareformasi. Namun pada jaman sekarang elastisitas permintaan tenaga kerja bersifat elastis karena sebagian besar tenaga kerja sudah digantikan oleh mesin yang menyebabkan pengangguran meningkat.


Mata Kuliah : Teori Ekonomi 2
Dosen :  Prihantoro  

Friday, February 3, 2012

Maksimisasi Profit

            Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mengumpulkan profit sebanyak-banyaknya. Namun pada hakekatnya, pengumpulan profit adalah tujuan jangka pendek oleh perusahaan.  Dalam jangka panjang, yang akan didapat adalah benefit. Contohnya dalam perusahaan misalnya ketika perusahaan melakukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keahlian  karyawannya, ini akan bermanfaat di masa depan ketika perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga ahli mereka tidak usah mencari lagi dari luar tapi dapat menggunakan karyawan-karyawan yang sudah dilatih sebelumnya.
            Agar profit yang didapat maksimal, perusahaan harus dapat menentukan tingkat output produksi yang tepat. Ada dua pendekatan untuk menentukan tingkat ouput di mana perusahaan akan mendapatkan keuntungan maksimum, yaitu pertama, pendekatan penerimaan total dan biaya total, atau sering disebut pendekatan total dan kedua adalah pendekatan penerimaan marjinal dan biaya marginal, atau biasa disebut pendekatan marginal.

Pendekatan Total

            Keuntungan total sama dengan penerimaan (Total Revenue, TR) dikurangi dengan biaya total (Total Cost, TC). Penerimaan total merupakan perkalian antara tingkat harga yang terjadi di pasar dengan jumlah ouput yang dihasilkan, sedangkan biaya total adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen dalam menghasilkan output. Dalam jangka pendek, biaya dapat dibedakan atas biaya tetap (fixed cost, FC) dan biaya variabel (variable cost, VC). Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada besarnya jumlah output yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang tergantung kepada besar kecilnya jumlah output yang dihasilkan.
            Untuk melihat perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel kita dapat mengambil contoh suatu perusahaan yang menghasilkan pakaian. Perusahaan ini mempunyai gedung tempat usaha, mesin jahit, dan karyawan tetap. Walaupun perusahaan tidak berproduksi akan tetapi biaya tetap harus selalu dikeluarkan, seperti biaya penyusutan gedung, penyusutan mesin dan biaya gaji karyawan tetap. Sedangkan, yang termasuk biaya variabel adalah biaya untuk pembelian bahan baku, gaji karyawan tidak tetap, biaya listrik dan lain lain. Biaya variabel ini dapat diubah-ubah tergantung pada kondisi pasar, apabila permintaan pasar naik maka output yang dihasilkan dapat ditambah dengan menambah biaya variabel, misalnya menambah jam kerja tenaga kerja tidak tetap. Keuntungan maksimum akan terjadi apabila selisih TR dan TC mencapai angka terbesar. Untuk lebih lengkapnya perhatikan tabel berikut ini.




            Berdasarkan tabel di atas kita dapat melihat keuntungan maksimum dicapai pada tingkat penjualan 4 unit dengan laba Rp 2.300



 


Pendekatan marginal
            Pendekatan marginal merupakan alternatif dari pendekatan total. Dalam memproduksi suatu barang dan menawarkannya di pasar, produsen atau perusahaan harus membandingkan antara biaya marjinal dengan penerimaan marjinal. Biaya marjinal (marginal cost, MC) adalah tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen karena menambah memproduksi 1 unit ouput (MC = TCt – TCt-1 , di mana TC adalah biaya total). Sedangkan penerimaan marjinal (marginal revenue, MR) adalah tambahan penerimaan karena menambah produksi output 1 unit (MR = TRt – TRt-1)
            Apabila penerimaan marjinal masih lebih besar dari biaya marginal maka masih relevan untuk meningkatkan produksi karena penerimaan meningkat lebih tinggi dari biaya sehingga karena keuntungan akan bertambah, sebaliknya apabila biaya marginal lebih besar dari penerimaan marjinal maka biaya meningkat lebih tinggi dari penerimaan sehingga kerugian menjadi bertambah. Keuntungan maksimum (atau kerugian minimum) akan terjadi apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR = MC).
            Berdasarkan tabel yang pertama kita dapat melihat keuntungan maksimum dicapai pada tingkat penjualan 4 unit karena selisih MR dan MC sebesar Rp 300 (terkecil) dan nilai MC dalam keadaan  meningkat.




Sumber :
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4111/MENU3/Maksimisasi%20Keuntungan.htm

Mata Kuliah : Teori Ekonomi 2
Dosen :  Prihantoro