Kewirausahaan dalam Bisnis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Mengapa kita harus berbisnis? Pertanyaan ini sering muncul di benak kita. Jaman sekarang bisnis sudah menjadi salah satu sektor yang sangat berpengaruh dalam suatu perekonomian negara. Apakah arti dari bisnis itu sendiri? Sederhananya bisnis bisa diartikan sebagai suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa untuk mendapatkan profit. Yang dimaksud dengan profit adalah perbedaan antara pendapatan suatu bisnis dan pengeluarannya. Profit inilah yang membuat orang tertarik untuk membuka dan mengembangkan bisnis baru. Mungkin awalnya bagi orang-orang yang sudah memiliki pekerjaan tetap atau untuk kaum pelajar yang notabene belum memiliki pendapatan, bisnis bisa menjadi tempat untuk mencari tambahan pendapatan kita. Namun sebenarnya bisnis bisa menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan pendapatan kita. Menurut Robert Kiyosaki, sumber penghasilan seseorang di bagi menjadi 4 Quadran :
1. Kuadran E (employee – pegawai, Karyawan).
2. Kuadran S (self-employed - pekerja lepas).
3. Kuadran B (business owner - pemilik usaha).
4. Kuadran I (investor - penanam modal).
2. Kuadran S (self-employed - pekerja lepas).
3. Kuadran B (business owner - pemilik usaha).
4. Kuadran I (investor - penanam modal).
Untuk kuadaran 1 dan 2 disebut Active Income, artinya penghasilan itu didapat hanya kalau kita bekerja. Untuk kuadran 3 dan 4 disebut Passive Income, artinya pendapatan itu akan tetap kita nikmati hasilnya dengan kita tidak harus bekerja. Disini kita bisa melihat dengan menjadi pemilik usaha atau penanam modal kita bisa menambah pendapatan kita tanpa harus bekerja. Apa saja yang dibutuhkan untuk kita memulai bisnis kita atau menjadi pengusaha? Roger Hamilton menyebutkan ada 8 profil, yg merupakan contoh yang tepat sebagai seorang pengusaha:
1. Creator (pencipta). Orang seperti ini diwakili oleh Bill Gates, Walt Disney, Richard Branson dan sebagainya. Mereka adalah orang-orang kreatif dan banyak idenya. Mereka akan terus berkreasi dengan apa pun yang dimilikinya, meskipun terbatas. Mereka fokus di sisi kreatif saja dan menyerahkan pekerjaan lainnya kepada supporter atau mechanic dan lainnya.
1. Creator (pencipta). Orang seperti ini diwakili oleh Bill Gates, Walt Disney, Richard Branson dan sebagainya. Mereka adalah orang-orang kreatif dan banyak idenya. Mereka akan terus berkreasi dengan apa pun yang dimilikinya, meskipun terbatas. Mereka fokus di sisi kreatif saja dan menyerahkan pekerjaan lainnya kepada supporter atau mechanic dan lainnya.
2. Star (bintang), contohnya adalah Oprah Winfrey, David Beckham, Inul dan sebagainya. Mereka menjadi magnet bagi uang. Personal branding mereka kuat dan melekat pada dirinya. Uang didapatnya ketika ia tampil di pentas. Biasanya mereka ini adalah orang-orang yang ekstrovert, suka tampil di depan orang banyak.
3. Supporter (pendukung). Diwakili oleh Jack Welch (mantan CEO GE), TP Rachmat (Astra). Mereka suka memimpin orang, adalah manajer yang handal dan hebat dalam mengelola perusahaan.
4. Deal Maker, contohnya adalah Donald Trump, Li Kashing. Mereka suka bernegosiasi sampai titik darah penghabisan. Akalnya ada 1001 untuk mendapatkan best deal.
5. Trader (pedagang), contohnya adalah George Soros, Theo F. Toemion. Mereka mencari produk dengan harga murah dan bisa dijual harga tinggi. Timing adalah salah satu kunci keberhasilannya. Visinya adalah jangka pendek. Yang penting beli di harga sekian dan jual di harga sekian.
6. Accumulator, tokohnya adalah Warren Buffet, Robert Kiyosaki. Mereka suka mengumpulkan aset, menunggu dengan sabar sampai harganya tinggi dan menjual atau mendapatkan cashflow dari aset itu.
7. Lord, mereka adalah orang yang suka dengan detail, suka menghitung dengan matang dan jeli, pintar merekayasa keuangan. Profil ini diwakili oleh Andrew Carnegie, Laxmi Mittal, Sandiaga Uno dan sebagainya. Mereka bisa membangun kekayaan dengan modal nol.
8. Mechanic. Orang tipe ini adalah para pembuat sistem dan mengembangkannya. Contohnya adalah Ray Kroc (Mc Donald's), Sam Walton (Wal Mart) dan sebagainya. Mereka selalu berpikir bagaimana agar sistem bisnisnya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
3. Supporter (pendukung). Diwakili oleh Jack Welch (mantan CEO GE), TP Rachmat (Astra). Mereka suka memimpin orang, adalah manajer yang handal dan hebat dalam mengelola perusahaan.
4. Deal Maker, contohnya adalah Donald Trump, Li Kashing. Mereka suka bernegosiasi sampai titik darah penghabisan. Akalnya ada 1001 untuk mendapatkan best deal.
5. Trader (pedagang), contohnya adalah George Soros, Theo F. Toemion. Mereka mencari produk dengan harga murah dan bisa dijual harga tinggi. Timing adalah salah satu kunci keberhasilannya. Visinya adalah jangka pendek. Yang penting beli di harga sekian dan jual di harga sekian.
6. Accumulator, tokohnya adalah Warren Buffet, Robert Kiyosaki. Mereka suka mengumpulkan aset, menunggu dengan sabar sampai harganya tinggi dan menjual atau mendapatkan cashflow dari aset itu.
7. Lord, mereka adalah orang yang suka dengan detail, suka menghitung dengan matang dan jeli, pintar merekayasa keuangan. Profil ini diwakili oleh Andrew Carnegie, Laxmi Mittal, Sandiaga Uno dan sebagainya. Mereka bisa membangun kekayaan dengan modal nol.
8. Mechanic. Orang tipe ini adalah para pembuat sistem dan mengembangkannya. Contohnya adalah Ray Kroc (Mc Donald's), Sam Walton (Wal Mart) dan sebagainya. Mereka selalu berpikir bagaimana agar sistem bisnisnya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Jika kita melihat bisnis secara global, bisnis di suatu negara bisa berbeda jika dibandingkan negara lain. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan sistem ekonomi yang dianut negara-negara tersebut. Ada 3 jenis sistem ekonomi, yakni planned economy, market economy dan mixed economy. Planned economy maksudnya sistem ekonomi berpusat pada pemerintahan, semua produksi distribusi diatur oleh pemerintah. Market economy artinya ekonomi berpusat pada sistem pasar, jadi individu dan perusahaan mengejar kepentingan pribadi mereka secara bebas. Sedangkan mixed economy adalah gabungan dari kedua sistem ekonomi diatas. Perbedaan dalam sistem ekonomi juga menyangkut tentang perbedaan faktor produksi. Faktor-faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam produksi barang dan jasa, yaitu :
1.sumber daya fisik
sumber daya alami yang dapat digunakan dalam proses produksi, seperti tanah, air dan bahan mentah.
2.tenaga kerja
semua kemampuan fisik atau mental dari semua manusia yang berperan dalam prose produksi.
3.modal
semua peralatan dan barang-barang yang digunakan dalam proses produksi.
4.kewirausahaan.
4.kewirausahaan.
keahlian atau ketrampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
5.sumber daya informasi
seluruh data yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Data yang yang dibutuhkan seperti ramalan kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki karyawan dan data-data lainnya.
Selain sistem ekonomi dan faktor produksi, hal lain yang berpengaruh dalam bisnis adalah jenis tingkat kompetisi dalam pasar. Ada 4 tingkat kompetisi di dalam ekonomi pasar,yaitu :
1.pure competition (kompetisi murni)
pasarnya diisi oleh banyak produsen, relatif mudah untuk masuk ke dalam pasar ini dan menjual barang yang identik. Contohnya : petani lokal.
2.kompetisi monopolistik
memiliki banyak produsen tapi lebih sedikit daripada pure competition, lebih mudah untuk masuk ke dalam pasar ini, barang dijual serupa dan dan para perusahaan memiliki pengaruh dalam harga di pasar tersebut. Contohnya : toko alat tulis.
3.oligopoli
pasarnya memiliki sedikit produsen, sulit untuk masuk ke dalam pasar ini, barang yang dijual serupa dan para perusahaan memiliki pengaruh dalam harga di pasar tersebut. Contohnya : industri baja
4.monopoli
pasarnya hanya memiliki 1 produsen, untuk masuk ke pasar ini diatur oleh pemerintah, barang yang dijual hanya satu juga dan perusahaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam harga di pasar tersebut. Contoh : PLN (Perusahan Listrik Negara).
Selain itu dalam bisnis dikenal berbagai macam-macam bentuk badan usaha. Bentuk-bentuk badan usaha dapat dibedakan menjadi berikut ini.
a. Perusahaan perseorangan. Perusahaan yang dimiliki satu individu. Akan tetapi, dalam praktiknya badan usaha ini kerap kali merupakan perusahaan keluarga, yaitu perusahaan yang menggunakan seluruh atau sebagian anggota keluarga untuk menjalankannya.
b. Perusahaan Perkongsian. Perusahaan yang merupakan penggabungan dari beberapa orang. Ukurannya kecil dan relatif dapat dijalankan oleh para pemiliknya. Salah satu dorongan penting untuk mengembangkan perkongsian adalah untuk menggabungkan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pendirinya dan atau untuk melakukan usaha di bidang yang diminati bersama.
c. Perusahaan Perseroan Terbatas. Perusahaan yang digolongkan kepada Perseroan Terbatas adalah suatu unit kegiatan usaha yang didirikan sebagai suatu institusi badan hukum yang pendiriannya dilakukan melalui akte notaris, di mana suatu dokumen dikemukakan yang pada dasarnya mencantumkan tujuan pendirian, saham yang dikeluarkan, dan nama-nama pimpinan yang akan menjalankan usaha. Pemegang saham pada Perseroan Terbatas dianggap sebagai pemilik perusahaan, tetapi tidak ikut campur dalam menjalankan kegiatan usaha.
d. Badan Usaha Milik Negara. Beberapa bentuk Badan Usaha Milik Negara, antara lain (1) Perusahaan Jawatan atau Perjan; (2) Perusahaan Umum atau Perum; serta (3) Perusahaan Perseroan Terbatas Milik Negara.
e. Koperasi. Koperasi merupakan badan usaha yang tujuan utamanya bukan sekadar untuk mencari keuntungan, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
f. Badan Usaha yang bukan mencari keuntungan (Non Profit Organization/Non Government Organization/Nirlaba). Terdapat juga badan-badan usaha yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Umumnya usaha seperti ini bergerak di bidang pendidikan dan rumah sakit.
a. Perusahaan multinasional atau Multi National Corporation (MNC) adalah perusahaan besar yang mengembangkan anak perusahaannya di berbagai negara lain.
b. Joint Venture merupakan dua atau beberapa perusahaan, yang sepakat untuk mendirikan suatu perusahaan baru dengan kepemilikan bersama sebagai perusahaan patungan.
c. Akuisisi/pengambilalihan. Pengambilalihan adalah suatu tindakan perusahaan yang membeli perusahaan lain dengan cara membeli saham perusahaan itu. Dengan memiliki sebagian besar saham dalam perusahaan lain tersebut maka kita dapat menguasai perusahan tersebut.
d. Employee Stock Ownership Plan. Kesepakatan di mana perusaaan menyediakan bagian dari sahamnya untuk didistribusikan kepada karyawannya.
e. Privatisasi merupakan langkah sebaliknya dari nasionalisasi. Di mana pemerintah menjual perusahaan-perusahaan milik negara kepada pihak swasta. Kebalikan dari privatisasi, nasionalisasi, yaitu tindakan pemerintah suatu Negara untuk mengambil alih beberapa perusahaan milik swasta.
f. Investasi Langsung merupakan tindakan membeli atau mendirikan aset yang berwujud (tangible assets) di negara lain.
g. Franchising, yaitu tindakan memberikan hak kepada seseorang atau suatu perusahaan untuk beroperasi dan melakukan kegiatan seperti yang dilakukan oleh perusahaan yang mengeluarkan franchise ini.
h. Licensing, yaitu penggunaan suatu brand/merek produk yang telah terkenal dengan cara membeli hak penggunaan merek dari organisasi atau individu yang memilikinya.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang kita bisa merumuskan masalah yang akan dibahas yaitu :
1.apa yang menyebabkan kita harus belajar bisnis?
2.apa saja yang diperlukan untuk membangun bisnis dengan benar?
3.apa peranan kewirausahaan dalam membangun bisnis?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah :
1.untuk memenuhi tugas pengantar bisnis
2.untuk lebih memahami tentang pengelolaan bisnis
3.untuk lebih memahami tentang kewirausahaan
1.4 Kegunaan Penulisan
Makalah ini berguna untuk orang yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang bisnis dan kewirausahaan
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disajikan sedemikian rupa agar mudah dipahami pembaca. Diawali dengan:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini diawali dengan latar belakang penulisan, permasalahan, tujuan penulisan, selanjutnya diuraikan kegunaan serta sistematika karya tulis ini.
BAB II PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang bagaimana membangun bisnis dengan baik dan peranan kewirausahaan dalam bisnis
BAB III PENUTUP
Bab ini berupa kesimpulan dari apa yang sudah dibicarakan dalam bab-bab sebelumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mengapa kita harus belajar bisnis
Bisnis, entah itu bisnis jualan es kelapa di pinggir jalan atau perusahaan multinasional dengan gedung-gedung besarnya, sudah menjadi bagian dari perekonomian negara kita. Dengan segala macam perkembangan bisnis di dunia yang sudah global ini, penting bagi kita untuk memahami besarnya pengaruh bisnis itu terhadap kehidupan kita sendiri. Kita bisa melihat dengan berbagai contoh yang ada seperti pengusaha Bob Sadino atau Richard Branson yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan memulai usahanya dari nol, namun bisa berhasil dengan bisnisnya. Sebenarnya apa yang membedakan mereka dengan pedagang es cendol di pingggir jalan. Menurut saya karena mereka memiliki jiwa enterpreneurship atau kewirausahaan. Mereka memiliki pemikiran, ide-ide kreatif yang bisa digunakan dalam bisnis dan membuat mereka sukses menjalankan dan membangun kerajaan bisnis mereka. Kewirausahaan ini mungkin adalah bakat bawaaan atau juga hasil dari pembelajaran mereka selama memulai bisnis mereka dari bawah, kita tidak mengetahui dengan pasti. Yang kita tahu jika kita mau dan serius mempelajari bisnis setidaknya akan ada satu atau dua hal yang bisa kita ambil manfaatnya dan kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya seorang enterpreneur atau orang yang memiliki jiwa kewirausahaan, biasanya berhati-hati dalam mengatur keuangan mereka, ini sangat berguna bagi kita dan bisa kita terapkan sehingga kita lebih hati-hati dalam membelanjakan pendapatan kita. Contohnya lagi seorang enterpreneur biasanya memiliki komitmen yang tinggi dalam apa saja yang dikerjakannya. Ini bisa kita contoh sehingga segala apa yang kita kerjakan kita selalu memberikan 100%. Dan masih banyak lagi yang kita bisa contoh dari seorang entrepeneur. Intinya dengan belajar bisnis kita bisa memahami dunia bisnis itu sendiri dan segala peranannya dalam kehidupan kita dan mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaatnya dan mencontoh hal-hal yang bisa kita kita ketahui setelah mempelajari tentang bisnis.
2.2 Membangun Bisnis
Sebelum membangun bisnis atau perusahaan tentu kita harus memahami apa saja yang dibutuhkan dan yang dijalankan dalam suatu perusahaan. Ini terdiri etika bisnis, manajemen perusahaan, proses produksi, proses pendistribusian dan proses promosi barang.
2.2.1 Etika Bisnis
Etika bisnis adalah pengetahuan tentang cara ideal pengaturan dan pengaturan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi atau sosial, dan penetapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis (Muslich, 1998 : 4). Etika bisnis ini dilakukan oleh manajer atau karyawan perusahaan. Di dalam etika bisnis juga terdapat etika manajer. Etika manajer merupakan standar perilaku yang memandu manajer dalam melaksanakan tugasnya (Symond & Smith. 2002). Etik manajer bisa dibagi menjadi :
1.perilaku terhadap karyawan
seorang manajer harus meperlakukan karyawan dengan benar misalnya dalam hal pengangkatan dan pemecatan karyawan harus berdasarkan kemampuan mereka dalam bekerja bukan karena alasan lain.
2.perilaku terhadap organisasi atau perusahaan
seorang manajer harus mengutamakan kepentingan perusahaan dalam melakukan tugasnya bukan mementingkan kepentingan pribadinya, misalnya soerang manajer menjual aset-aset perusahaan lebih murah dari harga sewajarnya agar dia mendapat komisi dari pihak yang membelinya.
3.perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
seorang manajer harus bertindak secara etis dengan agen ekonomi lainnya seperti, konsumen, pemasok atau penjual.
Ada 3 langkah sederhana untuk melakukan penilaian etika untuk situasi yang muncul selama aktivitas bisnis, yakni:
a. mengumpulkan informasi relevan yang sesungguhnya.
b. menganalisis fakta-fakta untuk menetapkan nilai moral yang paling sesuai.
c. membuat keputusan etik berdasarkan pada kebenaran atau kesalahan dari kebijakan atau aktivitas yang dimaksudkan.
namun pada kenyataannya ketiga proses ini tidak selalu berjalan dengan baik dan lancar. Bagaimana jika tidak ada nilai norma yang disetujui, bagaimana jika fakta yang ada belum tentu benar? Bagaimanapun juga penilaian dan keputusan harus dibuat. Karena jika tidak dilakukan, kepercayaan akan hilang, padahal kepercayaan adalah hal yang sangat penting dalam transaksi bisnis. Empat norma etik yang digunakan adalah :
1. kegunaan (utility)
apakah perilaku itu memaksimalkan keuntungan dari orang-orang yang terpengaruh oleh perilaku tersebut?
2.hak (rights)
apakah perilaku itu menghormati hak setiap orang yang terlibat?
3.keadilan (justice)
apakah perilaku itu konsisten dengan keadilan?
4.kepedulian (caring)
apakah perilaku itu konsisten dengan tanggung jawab masing-masing orang?
Etika mempengaruhi perilaku individu di tempat kerja. Tanggung jawab sosial berhubungan dengan konsep itu tapi itu lebih berarti kepada cara keseluruhan bisnis untuk menyeimbangkan komitmennya baik secara individu atau kelompok terhadap lingkungan sosialnya. Kelompok dan individu yang dimaksud bisa disebut sebagai stakeholder. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholder, yakni meliputi tanggung jawab kepada :
1.konsumen
perusahaan yang bertanggung jawab terhadap konsumennya akan berusaha keras untuk memperlakukan mereka dengan tepat dan jujur. Mereka juga biasanya memasang harga dengan wajar, memenuhi komitmen pengiriman mereka dan mempertahankan kualitas produk mereka.
2.karyawan
perusahaan yang bertanggung jawab sosial dalam hubungannya dengan karyawan, memperlakukan karyawan secara adil, membuat mereka merasa menjadi bagian dari perusahaan dan menghormati martabat dan kebutuhan dasar mereka.
3.investor
untuk menjaga sikap tanggung jawab sosial kepada investor, manajer harus mengikuti prosedur akunting yang benar, menyediakan informasi yang sesuai tentang kemampuan finansial perusahaan dan mengatur perusahaan untuk melindungi hak dan investasi shareholder/investor.
4.pemasok
hubungan dengan pemasok harus dijaga dengan baik. Perusahaan selalu memberi informasi tentang rencana jangka panjang, bernegosiasi tentang jadwal pengiriman dan harga yang bisa diterima oleh masing-masing pihak dan lain-lain.
5.komunitas lokal di mana bisnis berada
kebanyakan perusahaan mencoba untuk melakukan tanggung jawab sosial terhadap komunitas lokalnya. Hal ini biasa dilakukan dengan mengadakan bakti sosial, penyuluhan-penyuluhan atau bahkan pengobatan gratis.
Sedangkan ada empat area tanggung jawab sosial perusahaan, yakni tanggung jawab ke depan terhadap lingkungannya, konsumennya, karyawannya, dan investornya. Dan ada juga empat macam pendekatan perusahaan dalam tanggung jawab sosial yaitu :
1.obstructionist stance
pendekatan perusahaan dengan melakukan sedikit mungkin tanggung jawab sosial dan bahkan termasuk dengan mencoba menutupi atau menolak bertanggung jawab setelah melakukan perusakan atau kesalahan.
2.defensive stance
pendekatan perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial hanya memenuhi standar legal yang ada tapi tidak lebih dari itu.
3.accommodative stance
pendekatan perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial sesuai dengan standar legal yang ada namun juga akan bertindak lebih jauh jika memang diminta dalam kasus tertentu.
4.proactive stance
pendekatan dengan melakukan tanggung jawab sosial dengan aktif mencari kesempatan untuk selalu berkontribusi dalam kepentingan sosial.
2.2.2 Manajemen Perusahaan
Dengan manajemen yang efektif maka bisnis akan berjalan dengan efektif juga. Langkah awal dari suatu proses manajemen adalah penetapan tujuan yang ingin dicapai dan rencana strategis untuk mencapai tujuan tersebut. Penetapan tujuan bisnis dan strategi untuk mencapai tujuan akan sangat menentukan keberhasilan bisnis. Penetapan tujuan bisnis memiliki manfaat utama memberi arah dan pedoman bagi semua karyawan mengenai apa yang harus mereka lakukan. Penentuan tujuan akan membantu perusahaan untuk :
1.mengalokasikan sumber daya yang dimiliki.
2.membantu perusahaan untuk menentukan budaya dan etos kerja di perusahaan.
3.membantu manajer/ pengelola bisnis untuk memberikan performa yang lebih baik.
4.mendapatkan penghargaan yang sesuai dengan hasil yang dicapai.
4.mendapatkan penghargaan yang sesuai dengan hasil yang dicapai.
Umumnya tujuan dibagi menjadi tujuan jangka panjang (biasanya untuk 5 tahun atau lebih), menengah (untuk satu sampai 5 tahun), dan tujuan jangka pendek (kurang dari satu tahun).
Bagaimana keinginan perusahaan untuk mencapai tujuan diuraikan dalam strategi bisnis. Dalam merumuskan strategi bisnis, menurut Wheelan dan Mintzberg diperlukan tiga langkah yaitu :
1.menetapkan tujuan strategis
2.analisis SWOT (strenght, weakness, opportunities, threats)
3.menganalisa organisasi perusahaan dan lingkungannya
4.mencocokkan organisasi perusahaan dan lingkungannya.
Ada tiga level dasar dalam manajemen, yaitu :
1.top manager → CEO
2.middle manager → manajer operasi
3.first-line manager → supervisor
2.2.3 Produksi
sebelum melakukan proses produksi kita harus mengetahui tentang pasar terlebih dahulu. Kita harus mengetahui segmen pasar yang akan kita tuju dan mengerti tentang kemauan konsumen. Untuk mengembangkan produk yang akan kita jual ada berbagai langkah yang diperlukan :
1.ide produk
2.penyaringan ide produk
3.percobaan konsep produk
4.analisis bisnis
5.pengembangan prototipe produk
6.percobaan produk dan pemasaran produk
7.melempar produk ke pasar
ada juga yang disebut dengan siklus hidup produk, yaitu :
1.pengenalan
2.pertumbuhan
3.pendewasaan
4.penurunan
kita bisa melihat dengan siklus ini bahwa suatu produk pada nantinya akan mengalami suatu penurunan juga pada akhirnya, kita tidak bisa berharap berbisnis hanya dengan modal satu produk saja, kita harus selalu berusaha untuk mengembangkan produk-produk baru. Setelah mengembangkan produk langkah selanjutnya adalah menentukan harga. Ada beberapa taktik untuk menentukan harga seperti :
1.menentukan harga dengan bertingkat untuk produk tertentu
misalnya dengan menjual kemeja dengan kisaran harga Rp 200.000, Rp 300.000 dan Rp 500.000
2.menentukan harga dengan pendekatan psikologis
misalnya dengan menjual harga Rp 9.999 atau Rp 49.950, tentu konsumen akan lebih tertarik membelinya jika dibandingkan dengan harga Rp 10.000 atau Rp 50.000.
3.Memberi diskon harga
2.2.4 Distribusi
Kita sudah melihat bahwa perusahaan yang baik membutuhkan barang yang baik dan harga yang efektif. Tapi kesuksesan suatu barang juga bergantung kepada proses distribusinya, jika barang yang sudah diproduksi dengan baik namun pendistribusiannya kurang tepat maka otomatis barang itu tidak akan terjual dengan maksimal. Ada tiga strategi distribusi berdasarkan jangkauan pasar :
1.distribusi intensif
barang didistribusikan sebanyak mungkin.
2.distribusi eksklusif
barang hanya didistribusikan di tempat yang terbatas.
3.distribusi selektif
barang hanya didistribusikan di tempat tertentu yang memberikan perhatian untuk barang secara spesifik.
2.2.5 Promosi
promosi merupaka cara dari perusahaan untuk menjual produknya. Teknik promosi biasanya berbentuk iklan, harus memberitahukan kegunaan, fitur dan keuntungan dari produk tersebut. Dilihat dari segi informasi, promosi mempunyai empat sasaran :
1.membuat konsumen potensial sadar akan adanya produk
2.membuat konsumen mengetahui tentang produk
3.mengajak konsumen untuk menyukai produk
4.mengajak konsumen untuk membeli produk
Ada berbagai alat-alat untuk melakukan promosi, yaitu :
1.iklan
bentuk promosi yang membutuhkan uang untuk membuatnya dan bersifat non personal. Tujuan dari iklan yaitu untuk mengajak konsumen untuk membeli produk, membandingkan produk kita dengan produk perusahaan lain dan sebagai pengingat agar produk kita tetap diingat oleh konsumen. Iklan bisa terdapat di berbgai media contohnya televisi, koran, majalah, spanduk,internet dan lain-lain.
2.promosi secara personal
maksudnya promosi yang dilakukan, biasanya oleh salesman, secara langsung bertemu dengan konsumen untuk memperkenalkan produk mereka sehingga mereka tertarik untuk membelinya.
3.promosi penjualan
promosi dengan menggunakan alat-alat yang ada untuk meningkatkan penjualan dalam waktu pendek (1-2 bulan). Contohnya dengan memberikan kupon, free sample produk dan lain-lain.
4.publisitas dan public relation
biasanya dilakukan secara gratis dan perusahaan tidak memiliki kontrol terhadap promosi ini. Sedangkan untuk public relation biasanya diadakan dengan membuat acara-acara yang berhubungan produk atau identitas perusahaan itu sendiri
2.3 Kewirausahaan
Apa peranan jiwa kewirausahaan dalam suatu bisnis? Kita lihat dahulu arti dari kewirausahaan. Secara bahasa kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Dalam sejarah, menurut Avin Fadilla Helmi & Rista Bintara Megasari yang dikutip dari (Hisrich, 2005) sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa periode:
1. Periode awal Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh
Marcopolo. Dalam masanya, terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif.
Pihak pasif bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan
yang sangat banyak terhadap pihak aktif. Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang
menggunakan modal tersebut untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi
lautan. Mereka menghadapi banyak resiko baik fisik maupun sosial akan tetapi
keuntungan yang diperoleh sebesar 25%.
2. Abad pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini
wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek besar.
Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan sumber
daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah. Tipe
wirausahaawan yang menonjol antara lain orang yang bekerja dalam bidang
arsitektural.
3. Abad 17
Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa
seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat perilaku
mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan harga yang
tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi resiko.
4. Abad 18
Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada pemilik
modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal. Wirausahawan
akan membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan inovasinya. Pada masa
itu dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu.
5. Abad 19
Sedangkan di abad ke 19 dan 20, wirausahawan didefinisikan sebagai
seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk meningkatkan
pertambahan nilai personal.
6. Abad 10
Pada abad 20, inovasi melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang.
Intinya, kewirausahaan adalah kemampuan untuk berpikir kreatif adan berperilaku inovatif dalam menangani usaha yang nantinya akan menciptakan cara kerja, teknologi dan baru tanpa takut dalam menghadapi kegagalan dengan mengambil resiko yang cukup dan memiliki rencana jangka panjang. Menurut Boone (2007) ciri-ciri kewirausahaan adalah sebagai berikut :
1.mempunyai hasrat dan tanggung jawab bisnis dan sosial yang tinggi.
2.mempunyai komitmen terhadap tugas
3.memilih resiko yang moderat
4.merahasiakan kemampuan untuk sukses
5.cepat melihat peluang
6.orientasi ke masa depan
7.selalu melihat kembali prestasi masa lalu
8.memiliki skill dalam organisasi
9.toleransi terhadap ambisi
10.fleksibilitas tinggi
orang yang memiliki jiwa kewirausahaan biasanya juga percaya bahwa keberuntungan merupaka nandil dari usaha mereka sendiri. Karena mereka berpikir seperti itu maka mereka akan merasa bertanggung jawab atas semua bisnisnya. Dan jika mereka melakukan kesalahan mereka tidak akan menuding kesalahan pada orang lain tapi mencari penyebab kesalahan itu dan memperbaikinya. Orang yang berjiwa kewirausahaan juga tidak melihat kesalahan sebagai suatu kegagalan, tapi sebagai kesempatan untuk belajar lagi. Sebagai orang yang percaya bahwa keberuntungan sebagai usaha sendiri, mereka tidak mudah menyerah dan tidak senang untuk menunda. Jika ada masalah muncul, mereka bertindak langsung untuk menyelesaikannya tanpa menunda lagi. Mereka juga biasanya adalah orang yang mengutamakan bekerja keras, mereka tdak suka untuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Joseph C. Shumpeter mengatakan bahwa orang yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dan fungsinya adalah untuk melakukan inovasi atau menciptakan kombinasi-kombinasi baru. Orang yang berjiwa kewirausahaan melakukan suatu proses yang disebut dengan creative destruction terhadap keseimbangan pasar. maksudnya Inovasi yang diciptakan oleh mereka akan menghancurkan keseimbangan yang terdapat pada pasar untuk kemudian mencapai keseimbangan baru dengan keuntungan-keuntungan atas inovasi tersebut. Terdapat tiga aspek dasar yang ditekankan ketika Anda ingin menjadi seorang entrepreneur:
1.melibatkan proses kreasi.
2.pengorbanan waktu dan usaha.
3.reward (hasil).
Jadi, untuk menjadi seorang enterpreneur dibutuhkan waktu yang tidak sedikit dan usaha yang keras, kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh karena kewirausahaan merupakan hal sangat penting dalam membangun bisnis.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kita mempelajari bisnis karena selain bisnis menjadi salah satu sektor yang paling penting dalam perekonomian negara kita dan kita sebagai generasi muda harus bisa memahami atau setidaknya pernah membaca segala sesuatu yang berkaitan dengan bisnis tapi dengan belajar bisnis kita bisa mendapat berbagai manfaat seperti dengan mencontoh sifat-sifat kewirausahaan. Kewirausahaan adalah tulang punggung dari bisnis. Mereka adalah inovator, sebagai orang yang pertama menemukan ide-ide baru atau memulai suatu perubahan yang lebih baik dalam dunia dunia bisnis. Memang betul tidak setiap pemilik usaha atau bisnis adalah seorang enterpreneur tetapi orang yang memiliki jiwa kewirausahaan tentu saja akan dapat lebih mengembangkan bisnisnya ke arah yang lebih maju.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Rifelli D. 2007. Pengantar Bisnis. Jakarta : Universitas Terbuka.
Eko Veridianto.2007. Mengapa Kita Harus Berbisnis. (http://abikover.multiply.com/journal/item/15/MENGAPA_KITA_HARUS_BERBISNIS)
Griffin, Ricky.2006. Business. New Jersey: Pearson Education.
Griffin, Ricky W. and Ronald J. Ebert. 2005. Business. 8th Ed. Singapore : Pearson Education.
Hisrich, R.D. dkk. 2005. Entrepreneurship.sixth edition. New York:
McGraw-Hill.
No comments:
Post a Comment