I. Pendahuluan
Kesenjangan ekonomi antara masyarakat yang mempunyai pendapatan tinggi dan masyarakat yang mempunyai pendapatan rendah serta jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan adalah dua dari sekian masalah besar yang terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut data pada Maret 2010 dari BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia mencapai 31,02 juta orang atau setara dengan 13,33 dari jumlah penduduk Indonesia. Kemiskinan bisa diartikan sebagai keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan bisa dilihat dari berbagai pemahaman, pemahaman utamanya mencakup :
- Gambaran kekurangan materi yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk kesenjangan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.