Sunday, April 10, 2011

Menambah Lapangan Kerja dengan Kewirausahaan

I. Pendahuluan
Saat ini pengangguran di Indonesia berjumlah 8,32 juta orang atau setara dengan 7,14 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Salah satu penyebab pengangguran adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang ada untuk menyerap tenaga kerja yang setiap tahun tentunya semakin bertambah. Ada dua penyebab utama sulitnya lapangan kerja, yaitu :
-         Faktor Pribadi/Individu :
1.      Faktor kemalasan : banyak orang yang malas mencari kerja, contohnya saja banyak orang yang senang menjadi pengemis hingga sampai berpura-pura menjadi cacat hanya untuk meminta-minta
2.      Faktor cacat dan uzur/tua : tentunya untuk orang yang cacat dan berumur lapangan kerjanya lebih sedikit dibanding mereka yang sehat dan muda
3.      Faktor rendahnya pendidikan dan ketrampilan : saat ini sekitar 74% dari tenaga kerja Indonesia hanya berpendidikan maksimal SMP. Seharusnya pemerintah lebih memperbanyak kursus-kursus gratis untuk menambah ketrampilan khususnya bagi para tenaga kerja yang berpendidikan rendah
-          Faktor sistem sosial dan ekonomi :
1.      Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan
2.      Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat
3.      Pengembangan sektor ekonomi non real (saham dan valas)
4.      Banyaknya tenaga kerja wanita
 Salah satu lapangan kerja yang potensial adalah pegawai instansi negara namun sektor ini tidak mungkin bisa menyerap semua pengangguran. Saat ini jumlah pegawai instansi negara sebesar 7,66 juta orang. Sektor lainnya yang sangat berpotensial untuk menambah lapangan kerja adalah menjadi wirausahawan. Wirausaha bisa bekerja di berbagai bidang seperti pertanian, jasa, teknologi dan lain-lain.


II. Isi
Secara bahasa kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Dalam sejarah, menurut Avin Fadilla Helmi & Rista Bintara Megasari yang dikutip dari (Hisrich, 2005) sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa periode:
1. Periode awal Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh
Marcopolo. Dalam masanya, terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif.
Pihak pasif bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan
yang sangat banyak terhadap pihak aktif. Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang
menggunakan modal tersebut untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi
lautan. Mereka menghadapi banyak resiko baik fisik maupun sosial akan tetapi
keuntungan yang diperoleh sebesar 25%.
2. Abad pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini
wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek besar.
Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan sumber
daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah. Tipe
wirausahaawan yang menonjol antara lain orang yang bekerja dalam bidang
arsitektural.
3. Abad 17
Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa
seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat perilaku
mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan harga yang
tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi resiko.
4. Abad 18
Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada pemilik
modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal. Wirausahawan
akan membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan inovasinya. Pada masa
itu dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu.
5. Abad 19
Sedangkan di abad ke 19 dan 20, wirausahawan didefinisikan sebagai
seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk meningkatkan
pertambahan nilai personal.
6. Abad 20
Pada abad 20, inovasi melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang.
Intinya, kewirausahaan adalah kemampuan untuk berpikir kreatif adan berperilaku inovatif dalam menangani usaha yang nantinya akan menciptakan cara kerja, teknologi dan baru tanpa takut dalam menghadapi kegagalan dengan mengambil resiko yang cukup dan memiliki rencana jangka panjang. Menurut Boone (2007) ciri-ciri kewirausahaan adalah sebagai berikut :
1.mempunyai hasrat dan tanggung jawab bisnis dan sosial yang tinggi.
2.mempunyai komitmen terhadap tugas
3.memilih resiko yang moderat
4.merahasiakan kemampuan untuk sukses
5.cepat melihat peluang
6.orientasi ke masa depan
7.selalu melihat kembali prestasi masa lalu
8.memiliki skill dalam organisasi
9.toleransi terhadap ambisi
10.fleksibilitas tinggi
orang  yang memiliki jiwa kewirausahaan biasanya juga percaya bahwa keberuntungan merupaka andil dari usaha mereka sendiri. Karena mereka berpikir seperti itu maka mereka akan merasa bertanggung jawab atas semua usahanya. Dan jika mereka melakukan kesalahan mereka tidak akan menuding kesalahan pada orang lain tapi mencari  penyebab kesalahan itu dan memperbaikinya. Orang yang berjiwa kewirausahaan juga tidak melihat kesalahan sebagai suatu kegagalan, tapi sebagai kesempatan untuk belajar lagi. Sebagai orang yang percaya bahwa keberuntungan sebagai usaha sendiri, mereka tidak mudah menyerah dan tidak senang untuk menunda. Jika ada masalah muncul, mereka bertindak langsung untuk menyelesaikannya tanpa menunda lagi. Mereka juga biasanya adalah orang yang mengutamakan bekerja keras, mereka tdak suka untuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Joseph C. Shumpeter mengatakan bahwa orang yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dan fungsinya adalah untuk melakukan inovasi atau menciptakan kombinasi-kombinasi baru yang nantinya akan menciptakan lapangan kerja baru. Orang yang berjiwa kewirausahaan melakukan suatu proses yang disebut dengan creative destruction terhadap keseimbangan pasar. maksudnya Inovasi yang diciptakan oleh mereka akan menghancurkan keseimbangan yang terdapat pada pasar untuk kemudian mencapai keseimbangan baru dengan keuntungan-keuntungan atas inovasi tersebut. Terdapat tiga aspek dasar yang ditekankan ketika Anda ingin menjadi seorang entrepreneur:
1.melibatkan proses kreasi.
2.pengorbanan waktu dan usaha.
3.reward (hasil).
Jadi, untuk menjadi seorang enterpreneur dibutuhkan waktu yang tidak sedikit dan usaha yang keras, kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh karena kewirausahaan merupakan hal yang sangat kita butuhkan jika kita ingin membuat suatu lapangan kerja.

III. Penutup
Saat ini jumlah wirausaha di Indonesia baru sekitar 0.24 persen dari jumlah penduduk. Padahal untuk dapat dikatakan sebagai negara maju minimal 2 persen dari penduduknya  adalah wirausahawan. Indonesia, dalam hal ini pemerintah  harus lebih melakukan berbagai usaha untuk terus merangsang rakyatnya untuk menumbuhkan  jiwa kewirausahaan. Dengan bertambahnya jumlah wirausahwan, maka jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan dapat ditekan, sehingga kesejahteraan rakyat dapat bertambah.

Sumber :
Hisrich, R.D. dkk. 2005. Entrepreneurship.sixth edition. New York: McGraw-Hill.
http://www.jurnal-ekonomi.org
http://www.kompas.com/

No comments:

Post a Comment