Salah satu penyebab suku bunga kredit di Indonesia masih tinggi adalah cost of fund yang masih tinggi. Hal ini didukung oleh kurangnya efisiensi bank-bank di Indonesia yang dibuktikan dengan tingginya nilai Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) bank-bank umum di Indonesia sebesar 85,42% pada bulan Desember 2011. Rencana Bank Indonesia meningkatkan efisiensi perbankan melalui larangan pemberian hadiah atau bonus kepada nasabah, namun rencana tersebut tak akan berjalan jika bentuknya sekadar saran. Harus ada insentif tertentu agar bank-bank terpacu melaksanakan himbauan ini
Penyebab lain cost of fund perbankan saat ini masih cukup tinggi adalah akibat dari struktur pendanaan perbankan yang lebih besar pada dana yang berbiaya mahal. Dominasi deposito dalam komposisi dana pihak ketiga (DPK) perbankan masih kuat seperti terlihat dalam tabel berikut :
Deposito memegang peran sekitar 44,72% dari total DPK per Desember 2011. Sedangkan giro dan tabungan masing-masing sebesar 20,25% dan 35,03%. Artinya komposisi DPK masih didominasi dana yang relatif lebih mahal karena suku bunga deposito lebih tinggi dibanding suku bunga giro dan tabungan. Selain itu, pada akhir tahun 2011, penempatan DPK dalam valuta asing meningkat sebesar 10,95% dari posisi tahun sebelumnya. Hal itu tentunya juga akan menambah cost of fund perbankan. Sepanjang pola simpanan masyarakat tidak mengalami perubahan, akan sulit bagi perbankan untuk menurunkan cost of fund,. Padahal, kita tahu bahwa yang melakukan simpanan ke deposito yang berbiaya mahal adalah para usahawan yang pada saat yang sama juga menuntut suku bunga kredit perbankan turun. Padahal dengan cost of fund yang tinggi hal ini sulit terjadi. Mungkin memang perlu dipikirkan oleh kalangan otoritas untuk mengkaji penerapan insentif dan desinsentif dari sisi pendanaan untuk lebih membuka ruang bagi perbankan dapat menurunkan cost of fund perbankan yang nantinya dapat menurunkan suku bunga kredit secara signifikan.
referensi :
http://www.bi.go.id
No comments:
Post a Comment